AbdulCholiq: Ikut kehendak "YANG PUNYA KEHENDAK",. Albert YAMAS : ayah,tidak DIKENALI disini sama ada orang2 disekelilingnya tidak akan mengetahui bahwa dia mempunyai ilmu yang sangat tinggi. seperti ayah yang sebelum diberi tugasan untuk mengajar ilmu ini,tidak ada satu orangpun tahu bahwa ayah mempunyai pemahaman ketuhanan yang amat di artikan begitu ya ayah?

Seorang muslim mesti juga mengimani Allah itu Maha Mengetahui segala sesuatu, Al-Aliim, Al-Khabiir. Imam Al-Muzani rahimahullah berkata, الوَاحِدُ الصَّمَدُلَيْسَ لَهُ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَدٌ جَلَّ عَنِ المَثِيْلِ فَلاَ شَبِيْهَ لَهُ وَلاَ عَدِيْلَ السَّمِيْعُ البَصِيْرُ العَلِيْمُ الخَبِيْرُ المَنِيْعُ الرَّفِيْعُ Allah itu Maha Esa, Allah itu Ash-Shamad yang bergantung setiap makhluk kepada-Nya, yang tidak memiliki pasangan, yang tidak memiliki keturunan, yang Mahamulia dan tidak semisal dengan makhluk-Nya, tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada yang setara dengan Allah. Allah itu Maha Mendengar, Maha Melihat. Allah itu Maha Mengilmui dan Mengetahui. Allah itu yang mencegah dan Mahatinggi. Allah itu Al-Aliim Ada di 175 tempat penyebutan nama Allah Al-Alim Yang Maha Mengetahui dalam Al-Qur’an seperti pada firman Allah, قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖإِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ “Mereka menjawab Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’.” QS. Al-Baqarah 32 وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ “Allah Maha Mengetahui isi hati.” QS. Ali Imran 154 قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۖوَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ “Berkatalah Muhammad kepada mereka Rabbku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui’.” QS. Al-Anbiya’ 4 Allah itu Al-Khabiir Al-Khabiir punya makna bahwa Allah mengetahui berbagai rahasia yang tersembunyi, apa yang ada dalam batin secara detail diketahui oleh Allah, dan segala sesuatu secara rinci diketahui oleh Rabb kita. Imam Ibnu Jarir menyebutkan bahwa Al-Khabiir maksudnya adalah Allah Maha Mengetahui segala rahasia hamba, Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati, dan segala sesuatu tidak samar bagi Allah. Lihat Jami’ Al-Bayan, 28103, dinukil dari An–Nahju Al-Asma’ fi Syarh Asma’ Allah Al-Husna, hlm. 187. Penyebutan nama Allah Al-Khabiir ada di 45 tempat dalam Al-Qur’an seperti dalam ayat, قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”QS. At-Tahrim 3 إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ “Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.” QS. Al-Adiyat 11 Perenungan Beriman kepada Nama Allah Al-Aliim Pertama Penetapan bahwa Allah memiliki ilmu yang sempurna dan meliputi segala sesuatu, dan itu hanya dimiliki oleh Allah, tidak ada satu makhluk pun yang mengetahui sesempurna ilmu Allah. Hal ini seperti disebutkan dalam ayat tentang perkara ghaib, وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚوَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚوَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfudz.” QS. Al-An’am 59 Kedua Allah Yang Maha Mengetahui berarti tahu segala sesuatu yang telah terjadi, yang akan terjadi, dan tidak terjadi seandainya itu terjadi. Sebagaimana disebutkan dalam ayat, أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗإِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚإِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab Lauh Mahfuzh. Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” QS. Al-Hajj 70 Ketiga Makhluk tidak mengetahui tentang Sang Khaliq kecuali yang Dia kabarkan saja. Secara umum pula kita tidak tahu apa pun kecuali yang Allah ajarkan pada kita. Sebagaimana disebutkan dalam ayat, يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا “Allah mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.” QS. Thaha 110 Sebagaimana Nabi Adam diajarkan ilmu, وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ “Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama benda-benda seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” QS. Al-Baqarah 31 Keempat Ilmu manusia dibanding dengan ilmu Allah sangatlah jauh berbeda. Allah Ta’ala berfirman, وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖقُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’.” QS. Al-Isra’ 85 Kelima Hanya Allah yang mengetahui perkara ghaib seperti disebutkan dalam ayat lainnya selain ayat yang disebutkan di atas, إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖوَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖوَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚإِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” QS. Luqman 34 Perenungan Beriman kepada Nama Allah Al-Khabiir Pertama Penetapan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu secara detail dan sampai mengetahui yang tersembunyi. Kedua Allah mengetahui amalan hamba baik berupa perkataan maupun perbuatan, termasuk yang ada dalam batin berupa kebaikan dan kejelekan. Sebagaimana disebutkan dalam ayat, أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui yang kamu lahirkan atau rahasiakan; dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” QS. Al-Mulk 14 Moga semakin manfaat dengan terus merenungkan nama dan sifat Allah. Referensi An–Nahju Al-Asma’ fi Syarh Asma’ Allah Al-Husna. Cetakan keenam, Tahun 1436 H. Dr. Muhammad Al-Hamud An-Najdi. Penerbit Maktabah Al-Imam Adz-Dzahabi. hlm. 158-164-167. Fiqh Al-Asma’ Al-Husna. Cetakan pertama, Tahun 1436 H. Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr. Penerbit Ad-Duror Al-Almiyyah. hlm. 152-156. Syarh As-Sunnah. Cetakan kedua, Tahun 1432 H. Imam Al-Muzani. Ta’liq Dr. Jamal Azzun. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj. — Diselesaikan di Pesantren Darush Sholihin, Selasa sore, 14 Shafar 1440 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
TentangJin Jinn adalah nama jelas, bentuk tunggalnya adalah jiniy, yang artinya "yang tersembunyi," atau "yang tertutup", atau "yang tak terlihat." Hal itulah yang memungkinkan kita untuk mengaitkannya dengan sifat yang umum "alam tersembunyi," sekalipun akidah Islam memaksudkannya dengan makhluk-makhluk berakal, berkehendak, sadar dan punya kewajiban, berjasad halus, dan
Rasulullah SAW pernah bersabda, "barangsiapa mengemukakan pendapatnya sendiri tentang isi Al-Qur'an , maka ia telah melakukan kesalahan walaupun pendapatnya itu benar". Untuk menafsirkan kandungan Al-Qur'an, diperlukan keahlian dalam 15 bidang diketahui, Al-Qur'anul-Karim memiliki zahir dan batin. Adapun maksud zahir Al-Qur'an adalah lafaz-lafaz Al-Qur'an yang dapat dibaca oleh semua orang. Sedangkan Batin Al-Qur'an adalah makna atau maksud Al-Qur'an yang dapat dipahami menurut keahlian Mas'ud RA berkata, "Jika kita ingin memperoleh ilmu, maka pikirkan dan renungkanlah makna-makna Al-Qur'an , karena di dalamnya terkandung ilmu orang-orang dahulu dan sekarang." Namun untuk memahaminya, seseorang harus menunaikan syarat dan adab-adabnya terlebih hanya bermodalkan pengetahuan beberapa lafaz bahasa Arab atau melihat terjemahan Al-Qur'an, seseorang berani menafsirkan Al-Qur'an dengan pendapatnya sendiri. Berikut 15 bidang ilmu yang harus dikuasai jika ingin menafsirkan Al-Qur'an .1. Ilmu ilmu untuk mengetahui arti setiap kata Al-Qur'an. Mujahid RA berkata "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka tidak layak baginya berkomentar tentang tentang ayat-ayat Al-Qur'an tanpa mengetahui ilmu lugat. Sedikit pengetahuan tentang lughat tidaklah cukup karena kadang kala satu kata mengandung berbagai arti. Jika hanya mengetahui satu atau dua arti, tidaklah cukup. Bisa jadi kata itu mempunyai arti dan maksud yang Ilmu Nahwu tata bahasa.Sangat penting mengetahui ilmu Nahwu, karena sedikit saja i'rab hanya didapat dalam ilmu Ilmu Sharaf perubahan bentuk kata.Mengetahui ilmu Sharaf sangat penting, karena perubahan sedikit bentuk suatu kata akan mengubah maknanya. Ibnu Faris berkata, "jika seseorang tidak mempunyai ilmu sharaf, berarti ia telah kehilangan banyak hal." Dalam Ujubatut Tafsir, Syeikh Zamakhsyari menulis bahwa ada seseorang yang menerjemahkan ayat Al-Qur'an yang berbunyi {يَوْمَ نَدْعُوْا كُلَّ أُنَاسٍ بِامَامِهِم} "ingatlah pada suatu hari yang pada hari itu Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya." Surah Al Isra [17] 71. Karena ketidaktahuannya tentang ilmu Sharaf, ia menerjemahkan ayat itu seperti ini "Pada hari ketika manusia dipanggil dengan ibu-ibu mereka." Ia mengira bahwa kata 'imaam pemimpin yang merupakan bentuk mufrad tunggal adalah bentuk memahami ilmu sharaf, tidak mungkin akan mengartikan 'imaam sebagai Ilmu Isytiqaq akar kata.Mengetahui ilmu isytiqaq akan dapat diketahui asal-usul kata. Ada beberapa kata yang berasal dari dua kata yang berbeda, sehingga berbeda makna. Seperti kata 'masih' berasal dari kata 'masah' yang artinya menyentuh atau menggerakkan tangan yang basah ke atas suatu benda, atau juga berasal dari kata 'masahat' yang berarti Ilmu Ma'ani. Ilmu ini sangat penting diketahui, karena dengan ilmu ini susunan kalimat dapat diketahui dengan melihat Ilmu Bayaan. Yaitu ilmu yang mempelajari makna kata yang zahir dan yang tersembunyi, juga mempelajari kiasan serta permisalan Ilmu Badi'. Ilmu yang mempelajari keindahan bahasa. Ketiga bidang ilmu di atas juga disebut sebagai cabang ilmu Balaghah yang sangat penting dimiliki oleh para ahli tafsir. Al-Qur'an adalah mukjizat yang agung, maka dengan ilmu-ilmu di atas, kemukjizatan Al-Qur'an dapat Ilmu Qira'at. Ilmu ini sangat penting dipelajari, karena perbedaan bacaan dapat mengubah makna ayat. Ilmu ini membantu menentukan makna paling tepat di antara makna-makna suatu Ilmu Aqa’id. Ilmu yang mempelajari dasar-dasar keimanan. Kadangkala ada satu ayat yang arti zahirnya tidak mungkin diperuntukkan bagi Allah. Untuk memahaminya diperlukan takwil ayat itu, seperti ayat yang berbunyi {يدق الله فوق إيديهم} "Tangan Allah di atas tangan mereka." Surah Al Fath [48] 1010. Ushul Fiqih. Mempelajari ilmu ushul fiqih sangat penting, karena dengan ilmu ini kita dapat mengambil dalil dan menggali hukum dari suatu Ilmu Asbabun-Nuzul. Yaitu ilmu untuk mengetahui sebab-musabab turunnya ayat, sehingga suatu ayat mudah dipahami. Kadangkala maksud suatu ayat itu bergantung pada asbabun Ilmu Nasikh Mansukh. Ilmu ini mempelajari suatu hukum yang sudah dihapus dan hukum yang masih tetap Ilmu Fiqih. Ilmu ini mengkaji hukum-hukum syariat secara rinci dan akan mudah mengetahui hukum secara Ilmu Hadis. Ilmu ini perlu dikuasai untuk mengetahui hadis-hadis yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur' Ilmu Wahbi. Ilmu khusus yang diberikan kepada Allah kepada hamba-Nya yang istimewa, sebagaimana sabda Nabi SAW "Barangsiapa mengamalkan apa yang ia ketahui, maka Allah Ta'ala akan memberikan kepadanya ilmu yang tidak ia ketahui".Dikisahkan dalam satu riwayat, Ali bin Abi Thalib RA pernah ditanya oleh seseorang, "Apakah Rasulullah telah memberimu suatu ilmu atau nasihat khusus yang tidak diberikan kepada orang lain?" Maka Ali menjawab "Demi Allah, demi Yang menciptakan surga dan jiwa. Aku tidak memiliki sesuatu yang khusus kecuali pemahaman Al-Qur'an yang Allah berikan kepada hamba-Nya." Ibnu Adi Dunya berkata, "Ilmu Al-Qur'an dan pengetahuan yang didapat darinya seperti lautan yang tak bertepi."Untuk diketahui, 15 ilmu di atas merupakan alat bagi para mufassir Al-Qur'an . Seseorang yang tidak memiliki ilmu-ilmu itu lalu menafsirkan Qur'an, berarti ia telah menafsirkan menurut pendapatnya sendiri. 3 Orang yang Tidak Akan Mampu Menafsirkan Al-Qur'an 1. Orang yang tidak memahami Bahasa Orang yang berbuat dosa besar atau ahli bid'ah, karena perbuatannya itu membuat hatinya menjadi gelap dan menutupi pemahamannya terhadap Al- Qur' Orang yang dalam akidahnya mengakui makna zahir nash. Jika ia membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang tidak sesuai dengan pikirannya logikanya, maka ia akan gelisah. Orang seperti ini tidak akan mampu memahami Al-Qur'an dengan A'lam Bish-Showabrhs
Sungguh Al Quran begitu banyak menyimpan ilmu dan teknologi. Beberapa ayat saya mencoba gali dengan keterbatasan ilmu. alhamdulillah akhirnya saya mampu "menggali" ilmu tersebut. Ilmu dimaksud baru hanya berkaitan dengan bidang yang saya sukai, yakni teknologi robot. Kita bisa mengkaitkan dengan bidang disiplin ilmu apa pun yang kita sukai.
Menyembunyikan ilmu yang telah Allah turunkan merupakan perbuatan terlarang. Allah akan melaknatnya. Begitu pula semua makhluk. Pada Hari Kiamat Allah akan mengikat mulutnya dengan tali kekang dari api Neraka. Allah Ta’ala berfirman اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ وَالْهُدٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا بَيَّنّٰهُ لِلنَّاسِ فِى الْكِتٰبِۙ اُولٰۤىِٕكَ يَلْعَنُهُمُ اللّٰهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللّٰعِنُوْنَ “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati oleh Allah dan dilaknati pula oleh semua makhluk yang dapat melaknati.“ QS al-Baqarah 159 Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ، أَلْجَمَهُ اللَّهُ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya, niscaya Allah akan mengikat mulutnya dengan tali kekang dari api Neraka pada Hari Kiamat.” Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Hibban, ath-Thayalisi, Ibnu Abi Syaibah, al-Baghawi, dan al-Hakim Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ كَتَمَ عِلْمًا، أَلْجَمَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ “Barangsiapa menyembunyikan ilmu, Allah akan mengikat mulutnya dengan tali kekang dari api Neraka pada Hari Kiamat.” Hadis hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, al-Hakim, dan al-Khathib al-Baghdadi Kandungan Hadis 1️⃣ al-Munawi berkata dalam Faidhul Qadir, “Hadis ini berisi sangsi hukum atas sebuah dosa, karena sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian dari ahli kitab agar mereka mengajarkan ilmu kepada manusia dan tidak menyembunyikannya. Hal itu merupakan anjuran untuk mengajarkan ilmu, sebab tujuan menimba ilmu adalah menyebarkannya dan mengajak manusia kepada kebenaran. Orang yang menyembunyikan ilmu pada hakikatnya telah membatalkan tujuan ini. Ia amat jauh dari sifat orang yang bijaksana dan mutqin kokoh ilmunya. Oleh karena itu, balasannya adalah diikat atau dikekang, seperti hewan yang dikendalikan dengan tali kekang. Ia dikekang dari apa yang dikehendakinya. Karakter seorang alim adalah mengajak manusia kepada kebenaran dan membimbing mereka kepada jalan yang lurus.” 2️⃣ al-Baghawi menukil perkataan al-Khaththabi dalam Syarhus Sunnah, “Ilmu yang tidak boleh disembunyikan adalah ilmu yang harus diajarkan kepada orang lain dan hukumnya fardu ain. Misalnya Seorang kafir ingin memeluk Islam. Ia berkata, “Ajarilah aku Islam!” Orang yang berilmu yang dimintai penjelasan tidak boleh menahan jawabannya. Seseorang baru saja masuk Islam. Ia belum dapat mengerjakan salat dengan baik, sementara waktu salat sudah tiba. Ia berkata, “Ajarilah aku cara mengerjakan salat.” Orang yang diminta tidak boleh menyembunyikan ilmunya. Seseorang datang meminta fatwa tentang halal dan haram. Ia berkata, “Berilah aku fatwa! Bimbinglah aku.” Dalam perkara ini kamu tidak boleh menahan jawabannya. Barangsiapa menyembunyikan ilmu dengan menahan jawaban, ia telah berdosa. Ia berhak mendapat ancaman tersebut. Namun, tidak demikian jika ilmu yang ditanyakan adalah ilmu yang tidak wajib dan tidak mesti diketahui oleh orang lain. Wallaahu a’lam.” Baca juga HARAM MENGAMBIL KHAMAR SEBAGAI OBAT Baca juga HARAM MELAKUKAN PENGOBATAN DENGAN BENDA-BENDA HARAM Syekh Salim bin Ied-al-Hilali Serba-Serbi
Pertanyaannya: "mengapa harus mencari nama yang tersembunyi daripada nama yang ada ? Oleh karena itu kita harus belajar kepada siapa yang memiliki nama Allah itu niscaya kita tahu Nama yang tersembunyi dan mengenali siapa Allah dengan sendirinya nama yang tersembunyi itu tidak akan lagi tersembunyi. Ilustrasi mengimani sifat wajib Allah. Foto FreepikSifat wajib Allah adalah sifat yang sudah pasti dimiliki oleh Allah SWT sebagai bentuk kesempurnaan bagi-Nya. Sifat-sifat wajib tersebut hanya ada pada Allah dan tidak ada satu pun yang menyamai dan Taofik Yusmansyah dalam buku Aqidah Akhlak, Allah adalah Khalik, Zat yang menciptakan, yang memiliki sifat yang tidak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Allah tidak mungkin dapat dibayangkan rupa, bentuk, ciri-ciri, dan gambaran untuk Allah ini hanya dapat diyakini melalui keyakinan dan akal sehat, berdasarkan petunjuk dari dalil-dalil yang bersumber pada Alquran dan hadits. Salah satu dalilnya ada dalam riwayat berikut ini“Aku memohon kepada Engkau dengan semua nama yang menjadi nama-Mu, baik yang telah Engkau jadikan sebagai nama diri-Mu atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau Engkau sembunyikan menjadi ilmu gaib di sisi-Mu,” HR. Ahmad.Sifat wajib Allah berdasarkan jumhur ulama, ada sekitar 20 sifat, tujuh di antaranya adalah sebagai penguat dari tujuh sifat yang lain. Berikut akan dijabarkan sifat wajib Allah beserta Wajib Allah dan DalilnyaIlustrasi berdoa. Foto FreepikWujud artinya ada. Maksudnya, adanya Allah itu bukan karena ada yang menciptakan-Nya, tetapi Dia memang ada dengan sendirinya. Pada hakikatnya, keyakinan terhadap adanya Allah bagi manusia terjadi ketika manusia itu secara naluriah, manusia sejak dilahirkan selalu membutuhkan perlindungan atau pertolongan yang sifatnya mutlak. Kecenderungan mencari perlindungan ini disebut religious instinct atau insting adalah sesuatu yang gaib. Akal manusia tidak mungkin dapat memikirkan-Nya. Oleh sebab itu, Rasulullah melarang orang yang berusaha memikirkan dan mencari hakikat dari keberadaan bersabda “Pikirkanlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu memikirkan hakikat Zat Allah, karena sesungguhnya kamu tidak akan mampu melakukannya.” HR. Abu Asy-Syaikh.Qidam artinya dahulu. Maksudnya bahwa Allah itu terdahulu dan tidak didahului oleh sesuatu. Manusia tidak dapat mengetahui dengan pasti kapan alam semesta ini dibuat serta dari bahan apa dan bagaimana proses pasti adalah bahwa alam semesta ini baru ada setelah diciptakan oleh Dia Sang Maha Pencipta. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Hadid ayat 3, yang artinya “Dialah Yang Awal, Yang Akhir.”Baqa artinya kekal. Allah itu kekal, berbeda dengan makhluk-Nya yang semuanya berproses menuju kepada kehancuran atau kebinasaan. Misalnya manusia, dari janin dalam kandungan, kemudian dilahirkan menjadi bayi, lalu tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa, tua dan pada waktunya akan yang demikian itu merupakan sunnatullah atau hukum alam. Jadi, semua makhluk berubah-ubah, berproses menuju kehancuran. Sementara Allah sebagai pencipta makhluk bersifat kekal, tidak berubah-ubah. Sebagaimana firman Allah yang artinya “Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” QS. Al Qasas 88.4. Mukhalafatuhu lil-HawadisiMukhalafatuhu lil-hawadisi artinya berbeda dengan semua makhluk. Telah ditegaskan dalam berbagai ayat Alquran dan hadits bahwa tidak ada satu pun makhluk yang dapat menyamai Allah Muslim dituntut untuk meyakini bahwa tidak mungkin Allah Yang Maha Pencipta sama dengan makhluk ciptaan-Nya, baik Zat-Nya maupun sifat-sifatnya. Alquran menegaskan yang artinya “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” QS. Asy-Syura 11.Qiyamuhu binafsihi artinya berdiri sendiri. Maksudnya adalah Allah tidak membutuhkan bantuan apa pun dan dari siapa pun. Sebagaimana firman-Nya dalam surah yang rtinya “Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah, dan Allah Dialah Yang Mahakaya tidak memerlukan sesuatu, Maha Terpuji.” QS. Fatir 15.Ilustrasi mengimani sifat wajib Allah. Foto FreepikWahdaniyyah artinya Maha Esa. Allah adalah satu satunya Tuhan bagi seluruh umat. Tidak mungkin ada dua atau bahkan lebih dari satu Tuhan, karena akan menimbulkan malapetaka. Allah berfirman “Seandainya pada keduanya di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu saja keduanya telah binasa.” QS. Al-Anbiya 22.Quadrat artinya kuasa. Banyak sekali bukti tentang kekuasaan Allah, antara lain adanya jagat raya yang terdiri dari berjuta bintang dan planet yang selalu bergerak teratur tanpa terjadi manusia yang sejak Nabi Adam hingga sekarang sudah miliaran jumlahnya, tetapi tidak ada dua orang manusia pun yang persis sama. Dua contoh tersebut adalah bukti Mahakuasanya tidak mungkin peristiwa yang sangat rumit dan luar biasa itu dikendalikan oleh Zat yang memiliki kelemahan. Firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 27 “Dan Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu.” QS. Al-Ahzab 27.Iradat artinya berkehendak. Allah bebas menentukan kehendak atau kemauan-Nya tanpa ada apa dan siapa pun yang dapat memerintah atau sesuatu yang diciptakan Allah adalah atas kehendak-Nya, bukan karena terpaksa atau tidak sengaja. Dalam Alquran diterangkan yang artinya “Mahakuasa Melakukan apa yang Dia kehendaki.” QS. Al-Buruj 16.Ilmu artinya mengetahui. Bagi Allah, untuk menciptakan sesuatu tidak perlu belajar. Sebab, Allah telah memiliki ilmu yang Mahalengkap. Ilmu Allah bersifat menyeluruh, Mahaluas dan sesuatu, baik yang lahir maupun yang gaib tak lepas dari pengetahuan-Nya. Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. Al-Mujadalah 7.Hayat artinya hidup. Hidupnya Allah tidak sama dengan hidup makhluk-Nya. Manusia dan binatang memerlukan jantung yang berdenyut, darah yang mengalir, tulang, daging, urat, dan sebagainya untuk hidup tidak memerlukan sesuatu. Allah Maha Hidup. Dia hidup sebagaimana mestinya Dia ada tanpa didahului oleh tidak ada atau tidak hidup. Dan hidup Allah tanpa berkesudahan. Alquran menegaskan yang artinya“Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup. Yang terus-menerus mengurus makhluk Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.” QS. Al-Baqarah 255.Ilustrasi berdoa. Foto FreepikSama artinya bersifat mendengar. Semua suara, baik yang nyaring, samar, bahkan yang tidak terdengar sama sekali oleh manusia pasti didengar Allah. Allah mendengar tidak memerlukan alat pendengar seperti manusia atau makhluk berfirman yang artinya “Allah tidak menyukai perkataan buruk yang diucapkan secara terus-terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." QS. An-Nisa' 148.Basar artinya melihat. Allah melihat segala sesuatu, baik yang besar maupun yang kecil, bahkan yang tersembunyi, tanpa bantuan alat untuk melihat. Penglihatan Allah tidak ada batasnya. Teknologi manusia yang paling canggih pun tidak mungkin dapat melihat Allah. Alquran menegaskan dalam surat Al Isra ayat 1, yang artinya "Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."Kalam artinya berkata-kata atau berfirman. Tentu saja cara Allah berkata-kata tidak sama dengan cara manusia berkata-kata. Dengan sifat ini, Allah berkomunikasi dengan hamba yang akan berkomunikasi dengan bahasa-Nya yang disebut kalamullah atau firman Allah. Dalam surah An-Nisa' ayat 164 disebutkan “Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung.”Qadiran artinya Mahakuasa. Sesungguhnya Allah Zat Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Sifat qadiran Allah SWT tertulis dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 20 yang artinya“Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka.”Muridan artinya Maha Berkehendak. Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Kehendak Allah SWT bersifat mutlak dan tidak terbatas. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Hud ayat 107 berikut“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki yang lain. Sungguh, Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.”Aliman artinya Maha Mengetahui. Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Allah SWT maha mengetahui tanpa batasan dan tidak tertandingi oleh zat apa pun. Sifat ini tertulis dalam Alquran surat An Nisa’ Ayat 176. Ilustrasi mengajari anak sifat wajib Allah. Foto FreepikHayyan artinya Mahahidup. Sesungguhnya Allah Zat Yang Mahahidup, hidup selamanya dan tidak akan mati. Allah SWT hidup kekal dan abadi tidak terbatas oleh waktu, keadaan, dan tempat karena Allah SWT maha firman-Nya “Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya.” QS. Al Furqan 58.Sami'an artinya Maha Mendengar. Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha Mendengar atas segala sesuatu. Pendengaran Allah SWT tidak terbatas dan terhalang oleh apa SWT berfirman “Tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam, sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.” QS. Al Baqarah 256.Basiran artinya Maha Melihat, Sesungguhnya Allah adalah Zat Yang Maha Melihat atas segala sesuatu. Tidak ada satu hal apa pun yang bisa lepas dari pengawasan Allah SWT meskipun sudah tersembunyi menegaskan yang artinya “Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” QS. Al Hujurat 18.Mutakalliman artinya Maha Berkata-kata. Sesungguhnya Allah Zat Yang Maha Berkata-kata atau Maha Berfirman. Bukti Allah SWT berfirman adalah hadirnya Alquran sebagai pedoman umat muslim di seluruh dunia. Dalam surah An-Nisa' ayat 164 disebutkan “Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung.”Pengelompokan Sifat Wajib AllahSifat-sifat wajib bagi Allah di atas dibagi oleh para ulama tauhid menjadi empat bagian. Di antaranya adalah seperti yang dijelaskan dalam buku Aqidah Akhlaq oleh Taofik Yusmansyah, berikutSifat nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Zat Allah. Sifat Sebuah. nafsiyah ini hanya satu, yaitu salbiyah, yaitu sifat-sifat yang meniadakan sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat wajib bagi Allah. Sifat salbiyah ini adalah Qidam, Baqa, Mukhalafatu lil hawadiši, Qiyamuhu binafsihi, dan ma'ani, yaitu sifat-sifat yang berhubungan dengan perbuatan Allah. Sifat ma'ani adalah Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama', Basar, ma'nawiyah, yaitu sifat-sifat yang berkaitan erat dengan sifat-sifat ma'ani. Sifat-sifat ma'nawiyah ini tidak dapat berdiri sendiri karena setiap ada sifat ma'ani pasti ada sifat ma'nawiyah. Sifat-sifat ma'nawiyah ini adalah Qadiran, Muridan, 'Aliman, Hayan, Sami'an, Basiran, dan sifat wujud Allah?Apa yang dimaksud dengan sifat wajib bagi Allah?Salah satu sifat wajib bagi Allah adalah Mukholafatul lil Hawaditsi apa artinya? Penafsiranal-Qur'an yang terlahir sesuai dengan koridor tafsir dapat membantu maanusia untuk menangkap rahasia-rahasia Allah dan alam semesta baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Sebagaimna penafsiran al-Qur'an dapat membebaskan manusia dari belenggu perbudakan baik oleh manusia maupun oleh harta, dan dapat membimbingnya untuk dapat Untuk menjalani kehidupan di dunia ini, manusia membutuhkan sesuatu bernama ilmu, sedangkan salah satu sarana untuk memperoleh ilmu adalah dengan membaca. Hal ini senada dengan wahyu pertama Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw tentang perintah samping itu, dalam hadis yang cukup populer disebutkan bahwa hukum menuntut ilmu itu wajib bagi laki-laki maupun perempuan. Bahkan saking pentingnya ilmu, dalam hadis lain disebutkan bahwa kita diperintahkan untuk menuntut ilmu sampai ke negeri muncul pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan ilmu? Berikut penjelasannyaSecara bahasa, ilmu adalah kata yang berasal dari bahasa Arab علم, masdar dari عَـلِمَ – يَـعْـلَمُ yang berarti tahu atau mengetahui. Adapun Secara istilah, ilmu Menurut Ar-Raghib al-Ashfhani dalam kitabnya al-Mufrodat fi Gharib Al-Qur’an adalah pengetahuan akan hakikat kata ilmu di dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 854 kali. Selain itu terdapat beberapa kata yang mempunyai kesamaan makna, misalnya al-`aql, al-fikr, al-nazhr, al-bashar, al-tadabbur, al-i`tibâr dan al-dzikr. Hal ini tentunya memberikan indikasi bahwa ilmu mempunyai cakupan yang sangat ulama membagi ilmu menjadi dua segi iyaitu nadhari dan amali. Nadhari adalah sesuatu yang apabila diketahui maka sudah memadai sempurna. Misalnya, pengetahuan tentang adanya alam ini, sedangkan amali adalah sesuatu yang tidak sempurna kecuali dengan diamalkan. Mislanya, ilmu tentang dalam al-Qur’an, kata ilmu biasanya digunakan untuk makna mengetahui hakikat sesuatu. Sebagaimana firman-Nyaأَوَلَا يَعۡلَمُونَ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعۡلِنُونَ Dan tidakkah mereka tahu bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan? Al-Baqarah 77Akan tetapi, terkadang kata ilmu juga memiliki makna lain sesuai dengan konteks ayatnya. Berikut lima makna ilmu dalam Al-Qur’anPertama, ilmu bermakna ru’yah melihat secara nyata, sebagaimana firman-Nyaوَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَٰكُمۡ أُمَّةٗ وَسَطٗا لِّتَكُونُواْ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيۡكُمۡ شَهِيدٗاۗ وَمَا جَعَلۡنَا ٱلۡقِبۡلَةَ ٱلَّتِي كُنتَ عَلَيۡهَآ إِلَّا لِنَعۡلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِۚ وَإِن كَانَتۡ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَٰنَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٞ رَّحِيمٞ Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu umat Islam ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang dahulu kamu berkiblat kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, pemindahan kiblat itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. Al-Baqarah 143.Menurut Ibnu Kastir dalam kitabnya tafsir Al-Qur’an al-Adzim berpendapat bahwa kata lina’lama bermakna melihat keadaan orang-orang yang mengikuti Rasul maupun yang tidak mengikutinya. Ru’yah yang dimaksud disini mencakup sesuatu yang kongkret saja, tidak mencakup sesuatu yang ilmu bermakna al-Idzin izin, sebagaimana firman-Nyaفَإِلَّمۡ يَسۡتَجِيبُواْ لَكُمۡ فَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَآ أُنزِلَ بِعِلۡمِ ٱللَّهِ وَأَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ فَهَلۡ أَنتُم مُّسۡلِمُونَ Maka jika mereka tidak memenuhi tantanganmu, maka katakanlah, “Ketahuilah, bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwa tidak ada tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri masuk Islam?” Hud 14Izin yang dimaksud adalah izin Allah Swt. Menurut Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam kitabnya Jami’ al-bayan an Takwil ay al-Qur’an dan Muqatil bin Sulaiman dalam kitabnya Tafsir al-Kabir mengatakan bahwa al-Qur’an itu diturunkan dengan izin ilmu bermkana ad-Din agama, sebagaimana firman-Nyaوَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِي جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِيّٖ وَلَا نَصِيرٍ Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu Muhammad sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang sebenarnya.” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu kebenaran sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. Al-Baqarah 120Agama yang dimaksud pada ayat ini menurut Ar-Razi dalam kitabnya Mafatih al-Ghaib adalah agama yang telah diketahui kebenarannya dengan dalil-dalil yang qath’i pasti.Keempat, ilmu bermakna ad-dalil wa al-hujjah dalil dan hujjah, sebagaimana firman-Nya سَيَقُولُ ٱلَّذِينَ أَشۡرَكُواْ لَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ مَآ أَشۡرَكۡنَا وَلَآ ءَابَآؤُنَا وَلَا حَرَّمۡنَا مِن شَيۡءٖۚ كَذَٰلِكَ كَذَّبَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ حَتَّىٰ ذَاقُواْ بَأۡسَنَاۗ قُلۡ هَلۡ عِندَكُم مِّنۡ عِلۡمٖ فَتُخۡرِجُوهُ لَنَآۖ إِن تَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنۡ أَنتُمۡ إِلَّا تَخۡرُصُونَ Orang-orang musyrik akan berkata, “Jika Allah menghendaki, tentu kami tidak akan mempersekutukan-Nya, begitu pula nenek moyang kami, dan kami tidak akan mengharamkan apa pun.” Demikian pula orang-orang sebelum mereka yang telah mendustakan para rasul sampai mereka merasakan azab Kami. Katakanlah Muhammad, “Apakah kamu mempunyai pengetahuan yang dapat kamu kemukakan kepada kami? Yang kamu ikuti hanya persangkaan belaka, dan kamu hanya mengira.” Al-An’am 148Menurut al-Baghawi dalam kitabnya tafsir ma’alim at-Tanzil berpendapat bahwa makna ilmu pada ayat ini adalah argumen dan dalil dari Allah ilmu bermakna al-Fiqh fi ad-din paham agama, sebagaimana firman-Nya وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُۥٓ ءَاتَيۡنَٰهُ حُكۡمٗا وَعِلۡمٗاۚ وَكَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ Dan ketika dia telah cukup dewasa Kami berikan kepadanya kekuasaan dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Yusuf 22Menurut al-Baghawi dalam kitabnya tafsir ma’alim at-Tanzil berpendapat bhawa makna hukman adalah kenabian, sedangkan ilman adalah pemahaman dalam persoalan lima makna di atas, terkadang kata ilmu di-idzafahkan kepada Allah SWT dan terkadang kepada selain-Nya. Adapun contoh penyadaran kepada Allah SWT, Sebagaimana firman-Nyaكُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Al-Baqarah 216Sedangkan contoh penyadaran kepada selain Allah SWT, sebagaimana firman-Nyaإِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسۡتَحۡيِۦٓ أَن يَضۡرِبَ مَثَلٗا مَّا بَعُوضَةٗ فَمَا فَوۡقَهَاۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلٗاۘ يُضِلُّ بِهِۦ كَثِيرٗا وَيَهۡدِي بِهِۦ كَثِيرٗاۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِۦٓ إِلَّا ٱلۡفَٰسِقِينَ Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak pula orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan perumpamaan itu selain orang-orang fasik. Al-Baqarah 26Demikianlah beberapa makna ilmu yang dikemukakan oleh beberapa mufassir di dalam Al-Qur’an. Walaupun masing-masing maknanya mempunyai konteks yang berbeda. Namun, secara umum maknanya tidaklah jauh dengan hakikat dari ilmu itu A’lam AllahMenghilangkan Ilmu Dengan Wafatnya Ulama - Sahabat Muslim, segala sesuatu yang kita ketahui di dunia ini tentu dapat diketahui karena adanya yang memberitahu. Begitu juga ilmu agama, akan hilang bila para ulama telah wafat. Karena dari merekalah kita mengetahui tentang hukum agama, syariat dan lain sebagainya. loading...Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam satu kitabnya menerangkan awal mula penciptaan. Beliau mengupas rahasia Ilahi dan ilmu Laduni yang jarang dibahas di kajian-kajian umum. Foto/dok SINDOnews Permulaan penciptaan termasuk salah satu ilmu yang jarang diungkap ke publik. Siapa sebenarnya yang pertama kali diciptakan oleh Tuhan seluruh alam, Allah 'Azza wa Jalla. Benarkah Nabi Adam atau 'Arasy 'Arsy atau langit dan bumi? Mari kita simak keterangan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam karyanya "Sirrul Asror". Syekh Abdul Qadir Al-Jilani 470-561 H merupakan sosok ulama besar yang dijuluki Sulthonul Auliya. Beliau menguasai banyak ilmu di antaranya ilmu tauhid, fiqih, Hadis dan ilmu makrifat sehingga banyak ulama berguru padanya. Salah satu karyanya adalah Kitab Sirrul Asror. Kitab ini menyingkap rahasia Ilahi dan ilmu Laduni. Tidak banyak ulama yang dapat menyingkap rahasia langit dan bumi. Syekh Abdul Qadir Jilani menerangkan bahwa Allah Yang Maha Tinggi pada permulaannya menciptakan "Nur Muhammad" dari cahaya suci Keindahan-Nya. Dalam Hadis Qudsi Dia berfirman "Aku ciptakan ruh Muhammad daripada Nur Wajah-Ku". Ini dinyatakan juga oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya "Mula-mula Allah ciptakan ruhku. Pada awalnya diciptakan-Nya sebagai ruh suci". "Mula-mula Allah ciptakan Al-Qalam pena". "Mula-mula Allah ciptakan akal". Apa yang dimaksudkan sebagai ciptaan permulaan itu ialah penciptaan hakikat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Kebenaran tentang Muhammad yang tersembunyi. Dia juga diberi nama yang indah-indah. Dia dinamakan nur, cahaya suci, kerena dia dipersucikan dari kegelapan yang tersembunyi di bawah sifat jalal Allah. Allah Yang Maha Tinggi berfirman قَد جاءَكُم مِنَ اللَّهِ نورٌ وَكِتٰبٌ مُبينٌ"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan." QS Al-Maaidah Ayat 15Dia dinamakan akal yang meliputi akal universal karena dia telah melihat dan mengenali segala-galanya. Dia dinamakan Qalam kerana dia menyebarkan hikmah dan ilmu dan dia mencurahkan ilmu ke dalam huruf-huruf. Ruh Muhammad adalah zat atau hakikat kepada segala kejadian, permulaan dan kenyataan alam maya. Baginda Nabi menyatakan hal ini dengan sabdanya "Aku dicipta dari Allah dan sekalian yang lain dari aku".Allah menciptakan sekalian ruh-ruh dari ruh baginda Nabi di dalam alam kejadian yang pertama, dalam bentuk yang paling baik. "Muhammad" adalah nama semua kemanusiaan di dalam alam arwah. Beliau adalah sumber, asal usul dan kediaman bagi sesuatu dan segala-galanya. 'Arasy Diciptakan Setelah Nur MuhammadEmpat ribu tahun setelah diciptakan cahaya Muhammad, Allah baru menciptakan 'Arasy dari cahaya mata Muhammad. Kemudian Allah ciptakan makhluk yang lain dari 'Arasy. Kemudian Dia hantarkan ruh-ruh turun kepada peringkat penciptaan yang paling rendah, kepada alam kebendaan, alam jirim dan badan. ثُمَّ رَدَدنٰهُ أَسفَلَ سٰفِلينَ"Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya neraka." QS at-Tin ayat 5 Allah menurunkan cahaya itu dari tempat ia diciptakan, dari alam lahut, yaitu alam kenyataan bagi Zat Allah, bagi keesaan, bagi wujud mutlak, kepada alam nama-nama Ilahi, hakikat sifat-sifat Ilahi, alam bagi akal asbab milik ruoh yang meliputi ruh universal. Di sana Dia pakaikan ruh-ruh itu dengan pakaian cahaya. Ruh-ruh ini dinamakan "ruh pemerintah". Dengan berpakaian cahaya mereka turun kepada alam Malaikat. Di sana mereka dinamakan "ruh ruhani". Kemudian Dia arahkan mereka turun kepada alam kebendaan, alam jirim, air dan api, tanah dan angin dan mereka menjadi "ruh manusia". Kemudian dari dunia ini Dia ciptakan tubuh yang berdaging, berdarah. مِنها خَلَقنٰكُم وَفيها نُعيدُكُم وَمِنها نُخرِجُكُم تارَةً أُخرىٰ"Dari bumi tanah itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain". QS Ta Ha ayat 55Setelah melalui tingkatan ini Allah memerintahkan ruh-ruh supaya memasuki badan-badan dan dengan kehendak-Nya mereka pun سَوَّيتُهُ وَنَفَختُ فيهِ مِن روحى فَقَعوا لَهُ سٰجِدينَ"Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh ciptaan Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya..." QS Shad Ayat 72 Sampai masanya ruh-ruh itu terikat dengan badan, dengan darah dan daging dan lupa kepada asal usul kejadian dan perjanjian mereka. Mereka lupa tatkala Allah ciptakan mereka pada alam arwah dan telah bertanya kepada mereka "Adakah aku Tuhan kamu? Mereka telah menjawab "Iya, bahkan!"

AnNawawi rahimahullah berkata, "Hadits ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu dalam hadits-hadits terdahulu yang mutlak bukan menghapusnya dari hati para penghafalnya, akan tetapi maknanya adalah pembawanya meninggal, dan manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemutus hukum yang memberikan hukuman dengan kebodohan mereka, sehingga mereka sesat dan menyesatkan."[7]

Il s'agit du plus grave des interdits et du plus grand des péchés. C'est pourquoi il vient en quatrième position dans les interdits sur lesquels toutes les lois et les religions s'accordent car il s'agit d'interdits qui ne deviennent jamais permis, contrairement par exemple à la viande de la bête morte de mort naturelle ou de celle du porc ou du sang qui peuvent être rendus licites dans certains cas. C'est que les interdits sont de deux sortes - un interdit en soi qui n'est jamais rendu licite -un interdit qui peut devenir licite dans certains cas particuliers Allah dit sur l'interdit en soi "Mon Seigneur a interdit seulement les turpitudes apparentes ou cachées" / Puis Il passe à ce qui est plus grave "Le péché et la violence injuste". Puis Il passe à ce qui est encore plus grave "Il a interdit d'associer à Allah ce qui n'a reçu de Lui aucun pouvoir". Puis Il passe à ce qui est encore plus grave "et de dire contre Allah ce que vous ne savez pas". Cette dernière attitude constitue le plus grave des interdits auprès d'Allah car elle renferme du mensonge contre Allah et elle tend à Lui attribuer ce qui est indigne de Lui, à modifier Sa religion, à nier ce qu'Il a confirmé et à confirmer, ce qu'Il a infirmé, à réaliser ce qu'Il a annulé et vice-versa, à prendre pour ennemis ceux qui sont Ses amis et vice-versa, à aimer ce qui Lui répugne et vice-versa, et à lui attribuer des qualités qui ne conviennent pas à Son Essence, à Ses attributs, à Sa parole et à Ses actes. C'est donc auprès d'Allah le pire des espèces d'interdits qui est à l'origine du polythéisme et de l'impiété et qui est le fondement des hérésies et des égarements. En somme toute hérésie trompeuse dans la religion a pour origine le fait de parler d'Allah sans science. Voilà pourquoi les anciens pieux et leurs imams ont fustigé cette attitude avec la dernière énergie et dénoncé ses adeptes partout où ils se trouvaient sur la terre, mettant sévèrement en garde contre eux et insistant dans leur désapprobation de cette attitude plus qu'ils ne le faisaient en fustigeant les turpitudes, les injustices et les transgressions parce que la menace que les hérésies représentent pour la foi est de loin la plus grave. Du reste Allah fustige celui qui attribue dans Sa religion le caractère licite ou illicite à une chose, de son propre fait et sans la moindre preuve divine qui l'atteste. En effet Allah dit "Et ne dites pas, conformément aux mensonges proférés par vos langues "Ceci est licite, et cela est illicite", pour forger le mensonge contre Allah. Certes, ceux qui forgent le mensonge contre Allah ne réussiront pas. " / Qu'en serait-il de celui qui attribue à Allah des qualités dont Il ne s'est pas qualifié Lui-même ou qui Lui nie une qualité dont Il s'est qualifié Lui-même ? Quelqu'un parmi les anciens pieux disait Que l'un de vous prenne garde à dire "Allah a rendu ceci licite et a rendu ceci illicite", de peur qu'Allah ne lui dise " Tu as menti. Je n'ai pas rendu ceci licite et Je n'ai pas rendu cela illicite !" » Il faut dire que l'origine du polythéisme et de l'impiété c'est le fait de parler d'Allah sans science et connaissance. En effet le polythéiste prétend que ce qu'il adore en dehors d'Allah le rapproche d'Allah, intercède en sa faveur auprès de Lui et satisfait son besoin comme le font les médiateurs auprès des rois. Voilà pourquoi mentir sur l'Envoyé d'Allah , implique l'entrée en Enfer parce que ce genre de mensonge relève de ce qu'on dit nécessairement attribué à Celui qui l'a envoyé. Donc les péchés de tous les hérétiques relèvent de cette espèce et on ne peut s'en repentir qu'en désavouant les hérésies. Mais comment s'en repentir pour celui qui ne sait même pas que c'est une hérésie puisqu'il croit que ce qu'il fait c'est une sunna à laquelle il appelle ? Un tel homme ne peut vraiment reconnaître ses péchés qui impliquent qu'il ne s'en repente que s'il connaît la véritable Sunna et se met à l'étudier et à approfondir ses connaissances à ce sujet. Ce que les hérétiques ne font jamais. Pourtant c'est la Sunna qui anéantit l'hérésie. Lorsque son soleil se lève sur le cœur du serviteur elle dissipe de son cœur les brumes de toute hérésie et élimine les ténèbres de tout égarement car les ténèbres ne peuvent tenir tête au pouvoir du soleil. Mais le serviteur ne peut distinguer la Sunna de l'hérésie qu'en suivant la vraie Sunna et qu'en émigrant à chaque instant avec son cœur vers Allah dans la sincérité et qu'en émigrant vers Son Messager à travers l'attachement à puiser dans ses paroles, ses actes et sa conduite exemplaire, car comme l'indique le hadîth authentique "Celui qui émigre vers Allah et Son Messager, son émigration sera effective vers Allah et Son Messager" Quant à celui qui émigré vers autre chose, se sera sa part dans le bas-monde, et dans la vie future. Sources Par Ibn Qayyim El-Djawziyya Les sentiers des itinérants Pour être informé des derniers articles, inscrivez vous shZ69n.
  • 83vhi0he7g.pages.dev/255
  • 83vhi0he7g.pages.dev/69
  • 83vhi0he7g.pages.dev/261
  • 83vhi0he7g.pages.dev/323
  • 83vhi0he7g.pages.dev/102
  • 83vhi0he7g.pages.dev/320
  • 83vhi0he7g.pages.dev/156
  • 83vhi0he7g.pages.dev/240
  • 83vhi0he7g.pages.dev/152
  • ilmu allah yang tersembunyi